Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Komponen Umum Sistem Drainase Permukaan

 

Sistem drainase permukaan
Gambar oleh Manfred Richter dari Pixabay 

Pengertian Drainase permukaan

Drainase permukaan adalah sistem yang dirancang untuk mengatur aliran air permukaan yang terjadi di lahan atau wilayah tertentu. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan, mengarahkan, dan mengendalikan aliran air hujan atau air permukaan lainnya sehingga tidak menyebabkan genangan air atau kerusakan pada properti atau lingkungan sekitar.

Drainase permukaan biasanya terdiri dari jaringan saluran atau saluran pembuangan, saluran terbuka, parit, selokan, bak pengumpul, dan elemen lainnya yang dirancang untuk mengarahkan aliran air ke titik pembuangan yang aman, seperti sungai, danau, atau sistem drainase terpusat.

Beberapa komponen umum dari sistem drainase permukaan meliputi:

1. Saluran Terbuka

Saluran terbuka, juga dikenal sebagai saluran terbuka atau saluran air terbuka, merupakan bagian penting dari sistem drainase permukaan. Saluran terbuka adalah saluran air yang terbuka di permukaan tanah dan digunakan untuk mengalirkan air permukaan dari satu tempat ke tempat lain. Mereka memiliki berbagai bentuk, ukuran, dan jenis, tergantung pada lingkungan dan kebutuhan spesifik.

Berikut ini adalah beberapa jenis saluran terbuka yang umum digunakan dalam sistem drainase permukaan:

a. Parit

Parit adalah saluran terbuka yang biasanya lebih kecil dan dangkal, digali di sepanjang lahan atau tepi jalan untuk mengalirkan air hujan atau air permukaan lainnya. Mereka dapat berbentuk lurus atau melengkung mengikuti kontur lahan. Parit sering digunakan di pertanian, perkebunan, dan daerah pedesaan untuk mengendalikan aliran air dan mencegah erosi tanah.

b. Selokan

Selokan adalah saluran terbuka yang lebih besar dan lebih dalam daripada parit. Mereka sering digunakan di perkotaan atau daerah yang lebih padat penduduknya untuk mengalirkan air hujan dari jalan-jalan, trotoar, atau lahan yang dikembangkan. Selokan dapat dibuat dari beton, logam, atau bahan lain yang tahan terhadap aliran air dan beban lalu lintas.

c. Saluran terbuka dengan batu-batu

Saluran terbuka yang diperkuat dengan batu-batu atau material serupa sering digunakan di daerah dengan aliran air yang kuat. Batu-batu tersebut membantu menjaga kestabilan saluran dan mencegah erosi. Mereka juga dapat memberikan struktur tambahan untuk memperlambat aliran air dan mengendalikan debit air.

d. Saluran irigasi

Saluran irigasi adalah saluran terbuka yang digunakan untuk mengalirkan air irigasi ke lahan pertanian atau perkebunan. Mereka dirancang dengan mempertimbangkan volume air yang diperlukan, kemiringan lahan, dan pola aliran yang efisien untuk mendistribusikan air dengan baik ke tanaman.

e. Saluran alami

Beberapa saluran terbuka dapat merupakan saluran alami yang terbentuk secara alami oleh aliran air dalam jangka waktu yang panjang. Sungai, sungai kecil, atau parit alami adalah contoh saluran terbuka yang terbentuk melalui proses alamiah. Meskipun demikian, sering kali diperlukan perawatan dan pemeliharaan manusia untuk mempertahankan keefektifan dan keberlanjutan saluran tersebut.

Saluran terbuka dapat dirancang dengan melengkapi struktur tambahan seperti pintu air, bendungan, atau tanggul untuk mengendalikan aliran air. Mereka juga harus dipelihara secara teratur dengan membersihkan sampah, vegetasi liar, dan sedimen agar tidak terjadi penyumbatan yang dapat menghambat aliran air.

Penggunaan saluran terbuka dalam sistem drainase permukaan sangat penting untuk mengarahkan aliran air secara efisien, mencegah banjir, dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

2. Saluran Pembuangan

Saluran pembuangan, juga dikenal sebagai saluran drainase atau saluran pipa, adalah bagian penting dari sistem drainase permukaan yang digunakan untuk mengarahkan air permukaan dari satu tempat ke tempat pembuangan yang ditentukan, seperti sungai, danau, laut, atau sistem drainase terpusat. Saluran pembuangan umumnya berbentuk pipa atau saluran tertutup yang dirancang untuk mengalirkan air secara efisien dan mengurangi risiko genangan air.

Berikut ini adalah beberapa jenis saluran pembuangan yang umum digunakan dalam sistem drainase permukaan:

a. Saluran Pipa Beton

Saluran pipa beton adalah saluran pembuangan yang terbuat dari beton bertulang. Mereka sangat kuat dan tahan terhadap beban dan tekanan air yang tinggi. Saluran pipa beton biasanya digunakan dalam proyek drainase skala besar, seperti sistem drainase perkotaan atau pembuangan air hujan dari jalan raya.

b. Saluran Pipa PVC (Polyvinyl Chloride)

Saluran pipa PVC adalah jenis saluran pembuangan yang terbuat dari bahan PVC yang ringan dan tahan korosi. Mereka umumnya digunakan dalam sistem drainase rumah tangga, taman, atau pemukiman kecil. Saluran pipa PVC memiliki sambungan yang rapat, sehingga mengurangi risiko kebocoran air.

c. Saluran Pipa HDPE (High-Density Polyethylene)

Saluran pipa HDPE terbuat dari bahan polietilena dengan kepadatan tinggi. Mereka memiliki ketahanan yang baik terhadap bahan kimia dan korosi. Saluran pipa HDPE sering digunakan dalam proyek drainase skala menengah hingga besar, seperti sistem drainase perkotaan, lapangan terbuka, dan lahan industri.

d. Saluran Pipa Logam

Saluran pipa logam, seperti saluran pipa baja galvanis atau saluran pipa aluminium, juga digunakan dalam beberapa sistem drainase permukaan. Mereka menawarkan kekuatan struktural yang tinggi dan tahan terhadap tekanan air yang besar. Namun, pipa logam dapat lebih rentan terhadap korosi dan membutuhkan perawatan yang lebih sering.

e. Saluran Tertutup Berongga

Saluran pembuangan berongga adalah saluran yang memiliki ruang kosong di sekitar pipa yang diisi dengan material berbutir kasar, seperti kerikil. Mereka memungkinkan air hujan atau air permukaan meresap ke dalam tanah melalui celah-celah di antara butiran kasar tersebut. Saluran berongga sering digunakan untuk menggabungkan fungsi drainase dan infiltrasi.


Pengaturan saluran pembuangan melibatkan perhitungan yang tepat untuk menentukan ukuran dan kemiringan yang diperlukan agar aliran air tetap lancar. Perawatan dan pemeliharaan rutin juga penting untuk menjaga kebersihan dan kinerja saluran pembuangan, termasuk membersihkan sisa-sisa material atau sampah yang dapat menyumbat aliran air.

Saluran pembuangan merupakan komponen penting dalam sistem drainase permukaan yang membantu mengalirkan air secara efisien dan mencegah genangan air di lahan dan infrastruktur.

3. Bak Pengumpul

Bak pengumpul, juga dikenal sebagai bak penyimpan atau kolam retensi, adalah struktur yang dirancang untuk menampung air hujan yang berlebih sebelum dialirkan ke dalam sistem drainase. Fungsinya adalah untuk mengurangi risiko banjir, mengontrol aliran air, dan menjaga kualitas air di lingkungan sekitarnya. Bak pengumpul biasanya memiliki kapasitas yang cukup besar untuk menampung volume air yang signifikan selama periode hujan yang intens.

Berikut ini adalah beberapa jenis dan karakteristik umum dari bak pengumpul:

a. Bak Pengumpul Alami

Bak pengumpul alami adalah area yang secara alami memiliki kemiringan yang rendah sehingga air hujan mengalir dan terkumpul di sana. Misalnya, cekungan alami, kolam alam, atau area rawa-rawa yang berperan sebagai bak pengumpul alami. Struktur alami ini dapat dimodifikasi atau diperluas untuk meningkatkan kapasitas pengumpulan air.

b. Bak Pengumpul Buatan

Bak pengumpul buatan adalah kolam atau waduk yang dibuat oleh manusia dengan tujuan mengumpulkan dan menampung air hujan. Mereka bisa memiliki bentuk dan ukuran yang beragam, mulai dari bak pengumpul kecil di tingkat rumah tangga hingga waduk besar di daerah perkotaan atau pedesaan. Bak pengumpul buatan sering dilengkapi dengan sistem inlet (pemasukan) dan outlet (pengeluaran) yang terkontrol.

c. Bak Pengumpul Terkendali

Bak pengumpul terkendali adalah struktur yang dirancang secara khusus untuk mengendalikan aliran air hujan dengan menggunakan pintu air atau sistem lain untuk mengatur volume yang masuk dan keluar dari bak. Hal ini memungkinkan pengaturan aliran air secara lebih efisien, terutama dalam situasi di mana aliran air yang masuk sangat tinggi.

d. Bak Pengumpul Retensi

Bak pengumpul retensi dirancang untuk menampung air hujan untuk jangka waktu yang lebih lama dan secara bertahap melepaskan air ke sistem drainase. Ini membantu mengurangi beban aliran air sekaligus memungkinkan infiltrasi air ke dalam tanah. Bak pengumpul retensi sering dilengkapi dengan pengaturan debit aliran yang terkontrol untuk mengendalikan pengeluaran air secara bertahap.


Penting untuk menjaga kebersihan bak pengumpul dengan rutin membersihkan sedimen, sampah, atau endapan yang terakumulasi di dasar bak. Ini membantu menjaga kapasitas penyimpanan yang optimal dan mencegah penyumbatan atau kerusakan pada sistem pengumpul.

Bak pengumpul memiliki peran penting dalam pengelolaan air hujan yang berkelanjutan dan berperan dalam mengurangi risiko banjir, melindungi infrastruktur, dan mempromosikan penggunaan air yang efisien.

4. Infiltrasi

Infiltrasi adalah proses di mana air permukaan, seperti air hujan, meresap atau diserap ke dalam tanah. Ini adalah mekanisme alami yang penting dalam siklus hidrologi dan pengelolaan air. Ketika air hujan mencapai permukaan tanah, sebagian dari air tersebut dapat terserap oleh lapisan tanah di bawahnya. Infiltrasi terjadi melalui pori-pori tanah dan celah-celah di dalamnya.

Berikut ini adalah beberapa informasi yang dapat membantu memahami infiltrasi dengan lebih baik:

  • Proses Infiltrasi: Ketika air hujan jatuh ke permukaan tanah, beberapa faktor mempengaruhi laju infiltrasi, seperti tekstur dan struktur tanah, kelembaban awal tanah, vegetasi, kemiringan lahan, dan kondisi hidrologi lainnya. Air bergerak dari zona jenuh, di mana pori tanah sepenuhnya terisi air, ke zona tak jenuh, di mana ada ruang udara di antara partikel tanah. Air hujan yang tidak langsung diserap atau terperangkap di permukaan tanah dapat mengalir sebagai aliran permukaan.
  • Laju Infiltrasi: Laju infiltrasi mengacu pada kecepatan di mana air hujan meresap ke dalam tanah. Ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk sifat fisik tanah, seperti tekstur, struktur, kandungan bahan organik, dan tingkat kelembaban awal tanah. Tanah yang berpori besar dengan struktur yang baik cenderung memiliki laju infiltrasi yang lebih tinggi daripada tanah yang padat atau berlempung.
  • Kegunaan Infiltrasi: Infiltrasi memiliki manfaat penting dalam pengelolaan air. Ketika air hujan meresap ke dalam tanah, itu dapat menyumbang pada penyimpanan air dalam akifer dangkal dan membantu mengisi kembali sumber daya air bawah tanah. Ini juga dapat membantu mengendalikan aliran permukaan, mencegah genangan air, dan mengurangi risiko banjir. Infiltrasi juga berperan dalam menjaga kualitas air dengan menyaring dan menyaring bahan polutan yang terlarut dalam air.
  • Metode Infiltrasi yang Ditingkatkan: Dalam beberapa situasi, seperti di perkotaan yang padat penduduknya, lahan yang terbatas, atau tanah yang tidak memiliki tingkat infiltrasi yang baik, metode infiltrasi yang ditingkatkan dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan tanah menyerap air hujan. Metode ini melibatkan penggunaan struktur seperti saluran drainase berlubang, kolam retensi, sumur resapan, atau taman hujan. Struktur ini membantu memperlambat aliran air, meningkatkan waktu kontak air dengan tanah, dan meningkatkan laju infiltrasi.


Pengelolaan infiltrasi adalah penting dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. Hal ini dapat melibatkan pemeliharaan kondisi tanah yang baik, seperti menjaga kelestarian tanah yang subur dan mencegah erosi. Selain itu, praktik penggunaan lahan yang berkelanjutan, seperti pertanian berkelanjutan, penghijauan perkotaan, dan pengaturan taman hujan, dapat membantu memaksimalkan potensi infiltrasi air hujan dan menjaga kualitas air yang baik.

5. Pengendalian Erosi

Pengendalian erosi adalah serangkaian tindakan yang diambil untuk mencegah atau mengurangi erosi tanah yang disebabkan oleh aliran air, angin, atau aktivitas manusia. Erosi adalah proses alami di mana tanah atau material permukaan lainnya tergerus atau terkikis akibat tenaga aliran air atau angin. Erosi tanah yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif yang signifikan, termasuk hilangnya lapisan tanah subur, penurunan kualitas air, dan kerusakan lingkungan.

Berikut ini adalah beberapa metode dan praktik umum yang digunakan dalam pengendalian erosi:

a. Penanaman Vegetasi

Penanaman vegetasi adalah salah satu cara paling efektif untuk mengendalikan erosi. Akar tanaman membantu menjaga stabilitas tanah dengan mengikat partikel tanah, sehingga mengurangi risiko erosi. Tanaman dengan akar yang kuat dan padat, seperti rumput, legum, dan tanaman penutup tanah, sangat efektif dalam memperkuat tanah dan mencegah erosi. Penanaman vegetasi juga dapat melibatkan penghijauan lereng, penanaman pohon, atau vegetasi penutup lahan kosong.

b. Praktik Konservasi Tanah

Praktik konservasi tanah melibatkan penggunaan berbagai teknik untuk melindungi tanah dari erosi. Ini termasuk penggunaan penutup tanah, seperti mulsa organik atau mulsa plastik, yang membantu menjaga kelembaban tanah, mencegah percikan air hujan, dan melindungi permukaan tanah dari efek langsung aliran air. Struktur fisik seperti terasering, tanggul penahan, atau bentangan rumput yang diletakkan di lereng juga dapat digunakan untuk memperlambat aliran air dan mencegah erosi.

c. Pengaturan Aliran Air

Pengaturan aliran air melibatkan pemahaman dan perencanaan yang baik terkait pola aliran air di suatu area. Ini melibatkan pembangunan saluran pengaliran air yang sesuai untuk mengarahkan aliran air jauh dari area rawan erosi. Pembangunan parit, saluran terbuka, saluran pipa, atau saluran pengaliran alami dapat membantu mengendalikan aliran air, mengurangi tekanan aliran, dan mencegah erosi.

d. Praktik Pengelolaan Lahan

Praktik pengelolaan lahan yang baik juga berperan penting dalam pengendalian erosi. Ini termasuk rotasi tanaman, penanaman tumpang sari, dan praktik pengolahan tanah yang tepat, seperti tanam benih langsung atau pengolahan tanah minimal. Praktik ini membantu menjaga integritas struktur tanah, meningkatkan kualitas tanah, dan mengurangi risiko erosi.

e. Teknik Teknis

Selain metode di atas, ada juga teknik teknis yang dapat digunakan dalam pengendalian erosi. Ini termasuk pembangunan tanggul pengendali erosi, pemasangan jaring erosi, penggunaan batu-batu atau bahan berat sebagai penghalang, atau pembuatan teras penahan di lereng. Teknik ini memberikan perlindungan fisik langsung untuk mencegah terjadinya erosi.


Penting untuk menyadari bahwa pengendalian erosi sering kali membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan terpadu. Kombinasi berbagai metode dan praktik pengendalian erosi yang sesuai dengan kondisi setempat akan memberikan hasil yang lebih baik dalam menjaga keberlanjutan tanah, lingkungan, dan sumber daya air.


Sebagai mana sudah di jelaskan diatas. Drainase permukaan sangat penting dalam pengelolaan air dan lingkungan. Mereka membantu mengurangi risiko banjir, mencegah kerusakan properti, menjaga kualitas air, dan menjaga keberlanjutan ekosistem.

Sehingga kita sebagai seorang teknik sipil harus paham akan keberlangsungan tersebut.

Posting Komentar untuk "Komponen Umum Sistem Drainase Permukaan "